Thursday, January 05, 2012

Bunda yang cinta karir.

Satu kisah nyata lagi, masih tentang Bunda.

Siapa yang tak ingin menjadi orang yang berhasil, berpendidikan tinggi, bertitel, memiliki bisnis disana-sini. Singkat kata, memiliki karir yang cemerlang. Aku yakin semua ingin meraihnya. Tapi tak ada artinya, sungguh tak berarti ketika keluarga terlupakan.

Bunda sibuk. Bunda jarang ada di rumah. Bunda jarang memiliki waktu luang untuk sekedar bermain dengan putra satu-satunya. Bunda tahu perkembangan putranya dari baby sitternya. Berpikir positif, mungkin Bunda lakukan ini juga demi kebahagiaan keluarga, agar keluarga tak kekurangan materi.

Suatu hari Bunda dapat kabar bahwa putranya demam. Diketahuilah bahwa putranya terkena Demam Berdarah dan harus di rawat. Tapi saat yang bersamaan Bunda ada agenda pekerjaan di luar kota. Ia titipkan putranya pada baby sitter dan suaminya. Bunda memilih pergi bekerja. Entah apa yang ia pikirkan.

Tak lama Bunda harus menerima penyesalan. Kukira ini bisa menjadi penyesalan seumur hidupnya. Putranya meninggal dunia. Putranya meninggal, tidak dipangkuannya, tapi dipangkuan baby sitternya dan suaminya. Dalam isak tangisnya, ia bermunajat pada Allah, memohon ampun. Ia bersalah, ia akui. Putranya pergi untuk selamanya. Ia bisa apa, putranya sudah pergi, tak akan kembali. Ia kehilangan banyak momen indah bersama putranya.

Untuk para Bunda dan calon Bunda, mari mengambil pelajaran dari kisah ini. Mari menjadi Bunda yang benar-benar Bunda, penuh kasih sayang. Karena sebenarnya, yang keluarga butuhkan hanyalah Bunda yang penuh kasih, yang selalu ada.

Semoga kita tidak termasuk Bunda yang lupa akan tugas dan kodratnya sebagai Bunda.


5 Januari 2012
10.45 PM

No comments:

Post a Comment